Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Pertemuan APEC di Bali
Medan-"Diharapkan melalui forum ini kita bisa membuka pasar global, 2015 akan menuju era globalisasi maka kita harus siap," kata Menteri Koperasi dan UKM, Syarifuddin Hasan dalam jumpa persnya di kantornya, Senin (26/8/2013).
Sebagai salah satu forum kerjasama ekonomi utama di kawasan, APEC bertujuan untuk terciptanya liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pacific.
Indonesia, kata Menkop, akan mendorong peningkatan daya saing khususnya produk-produk kreatif, dan furniture.
"Produk kreatif memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, terutama kontribusinya dalam penciptaan PDB non migas," katanya.
Di sela-sela penyelenggaran APEC, Kemenkop akan mengundang 21 negara peserta untuk terlibat dalam pameran Indonesia International SME Exhibition 2013. Tujuan diselenggarakan pameran itu adalah terjalinya kemitraan antar KUKM Indonesia dengan pelaku usaha negara lain.
Selain itu ada APEC SME Ministerial Meeting yang akan dihadiri oleh 12 Menteri UKM. Ada juga Joint Meeting antara Menkop Syarifuddin Hasan dengan Women Leaders serta APEC SME Working Group yang dihadiri kurang lebih 150 peserta.
Sumber : http://www.kemendagri.go.id/news/2013/08/27/indonesia-siap-jadi-tuan-rumah-pertemuan-apec-di-bali
Sudah Keluarkan Paket Kebijakan, Presiden Optimistis Ekonomi Indonesia Akan Membaik
"Saya tetap optimistis meskipun goncangan ini terasa benar. Tapi kalau paket kebijakan dan solusi yang telah kita tetapkan dijalankan, saya sekali lagi optimistis akan ada perbaikan terhadap perekonomian kita," kata Presiden.
Menurut Presiden, keputusan itu diambil setelah pemerintah melakukan koordinasi dengan kalangan dunia usaha serta pihak-pihak terkait, dan setelah tim ekonomi melakukan persiapan selama enam hari.
"Saya berharap seluruh jajaran kabinet ikut aktif untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah saya putuskan dan tetapkan," kata Presiden SBY.
Selanjutnya Presiden menyebutkan inti langkah dan tindakan pemerintah terdiri atas sejumlah paket kebijakan dan langkah tindakan yang mulai dilakukan sejak hari ini sebetulnya. Sasaran dan tujuan paket kebijakan tersebut, kata Presiden, untuk memperbaiki current account dalam upaya mengurangi defsit.
Langkah kebijakan itu, tambah Presiden, juga bertujuan untuk mengelola stabilitas nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan.
Paket lainnya, kata Presiden, untuk melancarkan, menggerakkan dan mempercepat berbagai proyek investasi, seraya menjaga daya beli masyarakat.
Sasaran dan tujuan ketiga, kata Presiden, untuk memastikan stabilitas harga terutama bahan pokok bisa dikelola dengan baik, yaitu untuk memastikan adanya stabilitas harga pada tingkat barang dan jasa terutama bahan-bahan pokok pemerintah mengeluarkan aturan dan kebijakan.
Sedang yang keempat, kata Presiden, melakukan sinergi dan kolaborasi dengan dunia dalam upaya mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, guna mencegah terjadinya krisis ekonomi, menyusul merosotnya nilai tukar rupiah dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), pemerintah meluncurkan 4 (empat) kebijakan perekonomian.
Menteri Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan keempat paket tersebut:
Paket pertama dibuat untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Dalam paket ini yang akan dilakukan adalah mendorong ekspor dan memberikan keringan pajak kepada industri yang berorientasi ekspor. “Pemerintah juga akan menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam solar untuk mengurangi konsumsi solar yang berasal dari impor,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Kemudian, pemerintah juga akan menetapkan pajak barang mewah lebih tinggi untuk mobil CBU dan barang-barang impor bermerek dari rata-rata 75% menjadi 125% hingga 150%. Lalu, pemerintah juga akan memperbaiki ekspor mineral.
Paket kedua untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Pemerintah akan memastikan defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman. “Pemerintah akan memberikan insentif kepada industri padat karya, termasuk keringanan pajak,” ungkap Menko Perekonomian.
Paket ketiga untuk menjaga daya beli. Dalam hal ini, pemerintah berkoordinasi dengan BI untuk menjaga gejolak harga dan inflasi. “Pemerintah berencana mengubah tata niaga daging sapi dan hortikultura, dari impor berdasarkan kuota menjadi mekanisme impor dengan mengandalkan harga,” papar Hatta Rajasa.
Paket keempat untuk mempercepat investasi, pemerintah akan mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi. Sebagai contoh, Hatta mengatakan, saat ini sudah dirumuskan pemangkasan perizinan hulu migas dari tadinya 69 izin menjadi 8 izin saja.
"Pemerintah juga akan mempercepat revisi peraturan daftar negatif investasi (DNI), mempercepat investasi di sektor berorientasi ekspor dengan memberikan insentif, serta percepatan renegosiasi kontrak karya pertambangan," kata Hatta.
Sumber : http://www.kemendagri.go.id/news/2013/08/26/sudah-keluarkan-paket-kebijakan-presiden-optimistis-ekonomi-indonesia-akan-membaik
SBY: Mari Kita Dukung Siapapun Yang Memimpin Negara Ini
Medan-Selain dihadiri oleh keluarga besar Partai Golkar, termasuk Ketua
Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, silaturahmi kebangsaan ini juga
dihadiri oleh Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtara (PKS) Anis Matta,
Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto,
Ketua Harian Partai Demokrat Syarif Hasan, dan Ketua Umum Partai Bulan
Bintang (PBB) MS. Kaban.
Selain itu, juga tampak hadir antara
lain Ketua MPR Sidharto Danusubroto, Wakil Ketua MPR Hajrianto Tohari,
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko
Kesra Agung Laksono, dan Menteri Pertanian Suswono.
Silaturahmi
Kebangsaan ini diawali dengan sambutan Ketua Umum DPP Partai Golkar
Aburizal Bakrie, kemudian secara berturut masing-masing ketua umum
partai politik yang hadir memberikan sambutan singkat, sebelum diakhiri
dengan sambutan Presiden SBY.
Dukung Siapapun Pemimpin Negeri Ini
Mengawali
sambutannya dengan mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Golkar yang
memiliki inisiatif menyelenggarakan silaturahmi kebangsaan, dan
berharap tradisi politik itu terus dikembangkan, Presiden SBY
mengatakan, bahwa tahun depan kita akan punya Presiden baru, pemimpin
baru, pemimpin kita.
“Saya mengajak saudara semua, dan seluruh
rakyat Indonesia, marilah nanti kita dukung siapapun yang memimpin
negeri ini, serta pemerintahan yang dibentuknya. Akan indah negeri kita
manakala siapapun yang memimpin mendapatkan dukungan dari seluruh rakyat
Indonesia,” tutur Presiden SBY.
Kalau Pemilihan Presiden
(Pilpres) dapat dilaksanakan satu putaran, kata Presiden, berarti bulan
Juli, insya Allah kita akan memiliki presiden baru. Tetapi kalau dua
putaran, maka bulan Oktober awal kita akan memiliki pemimpin baru.
“Apakah satu putaran atau dua putaran, hanya Allah SWT yang tahu. Kita
harus mempersiapkan dua-duanya,” ujar SBY.
Menurut SBY, tugasnya sebagai pemimpin yang insya Allah akan mengakhiri tugas sebagai Presiden hanya 3 (tiga), yaitu: Pertama, ia akan menyambut kehadiran pemimpin kita yang baru, welcome.
Kedua,
ia akan serah terimakan urusan pemerintahan dan negara ini kepada
pemimpin baru. “Tentu saya sampaikan agenda prioritas
kebijakan-kebijakan dasar yang dilaksanakan oleh kita semua hingga hari
ini. Barangkali ada gunanya, paling tidak untuk perbandingan,” papar
SBY.
Sedangkan yang ketiga, menurut Presiden SBY, ia
akan berdoa semoga beliau (pemimpin baru) sukses memimpin kita semua
nanti, lebih sukses dibanding sekarang ini. “Dan tentunya, disamping
saya berdoa untuk beliau, saya juga ingin memberikan bantuan kalau
bantuan itu diminta. Bantuan dalam arti semoga sukses di dalam memajukan
bangsa kita, dan kemudian juga bisa menjalankan tugas dengan
sebaik-baiknya,” terang Presiden SBY.
Sebelumnya, Presiden SBY
juga mengatakan, bahwa sepuluh hari lagi ia akan mewakili rakyat
Indonesia menghadiri pertemuan G-20 di St. Petersburg, Rusia. Saat itu,
kata Presiden, ketika bertemu dengan para pemimpin dunia, hampir pasti
mereka akan menanyakan bagaimana Indonesia.
"Kalau kita sudah
berada di forum dunia itu, yang ada adalah Merah Putih. Oleh karena itu,
mari kita satukan jiwa kita, pikiran kita, hati kita, untuk ke dalam
kita berkompetisi demi kebaikan, tetapi keluar kita satu, untuk
memajukan negeri ini, dan tampil terhormat di pentas dunia,” pesan
Presiden SBY.
Sumber : http://www.kemendagri.go.id/news/2013/08/27/sby-mari-kita-dukung-siapapun-yang-memimpin-negara-ini
Gerakan Buruh dan Kesejahteraan
Gerakan buruh telah lama diusung sebagai media untuk mengantarkan buruh
ke pintu gerbang kesejahteraan. Gerakan buruh pada awalnya sebagai
reaksi atas penindasan kaum pengusaha. Penindasan tersebut berupa upah
rendah, jam kerja panjang, tidak adanya jaminan kerja serta jaminan hari
tua. Sesuai dengan namanya “gerakan”, sejak awal GB merupakan gerakan
politik. Kelahirannya sangat ditentukan oleh perkembangan ideologi buruh
yang pada masa itu sudah sangat kosmopolitan. Dalam konteks nasional
sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1905 berdiri serikat
buruh kereta api (Staats Spor Bond-SS-Bond). Namun gerakan
buruh di Indonesia yang telah berusia lebih dari satu abad tersebut
mengalami pasang surut. Puncaknya pada masa Orde Baru dimana pada saat
itu pemerintah menerapkan sistem Single Union. Reformasi pergerakan
buruh kembali semarak setelah pemerintah ratifikasi konvensi ILO No. 101
kebebasan buruh untuk berserikat. Adanya ratifikasi tersebut memberikan
angin segar bagi kaum buruh karena setiap buruh memiliki hak yang sama
dan kebebasan untuk membentuk konfederasi ataupun serikat pekerja.
Namun demikian euforia yang melanda kaum buruh di Indonesia ini
justru menurut penulis menjadi jebakan dalam meningkatkan kesejahteraan
buruh. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Pertama dengan banyaknya
konfederasi maupun serikat maka akan banyak fragmentasi, pemikiran dan
perjuangan yang akan diusung. Akibatnya antar konfederasi/serikat
pekerja menjadi bias suara ketika menghadapi keputusan pengusaha maupun
pemerintah. Dalam konteks lain baik pengusaha maupun pemerintah juga
bingung dalam menentukan konfederasi yang benar-benar merepresentasikan
suara buruh.
Akibatnya saat ini gerakan buruh dapat berakibat
kepada menurunkan kesejahteraan. Karena buruh tidak memiliki lagi daya
tawar yang tinggi terhadap pengusaha maupun pemerintah. Berdasar data
ILO sejak tahun 2011 jumlah buruh di Indonesia ada 90 federasi, 5
konfederasi besar dan 11.0000 SP/SB di tingkat PUK dengan total jumlah
keanggotaan 3 juta. Melihat fenomena banyaknya serikat buruh berarti
akan memperbanyak elite buruh dan kepentingan. Oleh karena itu timbul
pertanyaan dengan adanya kebebasan berserikat apakah justru akan
menjebak gerakan buruh? Memperlemah gerakan buruh? Pertanyaan tersebut
sangat relevan karena sejak kran reformasi dibuka kondisi buruh tidak
mengalami perubahan yang berarti. Hal tersebut bertolak belakang dengan
semangat kebebasan berserikat bagi kaum buruh. Sesuai dengan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 17 bahwa pembentukan serikat
pekerja/buruh bertujuan membela melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan.
Kemudian hingga saat ini, 14 tahun pasca
reformasi kondisi buruh masih jauh dari harapan. Hal tersebut dapat
diamati ketika penentuan upah minimum selalu diwarnai aksi demo oleh
buruh. Sehingga bisa dikatakan bahwa demo buruh tersebut seperti
rutinitas tahunan dan tidak ada solusinya. Karena upah yang diterima
buruh belum sesuai standar kehidupan layak (KHL). Meskipun upah buruh
naik namun dalam kenyataannya tidak mampu mengimbangi naiknya inflasi.
Maraknya demo tersebut karena longgarnya undang-undang tentang kebebasan
berserikat bagi kaum buruh. Oleh karena itu menurut hemat penulis perlu
adanya revisi terhadap UU No. 21 Tahun 2000 Pasal 5 Ayat 2 tentang
Serikat Pekerja/Serikat Buruh dimana menyebutkan pembentukan serikat
pekerja sekurang-kuranya 10 orang. Syarat tersebut perlu direvisi dan
diperketat misalnya syarat jumlah anggota jika ingin mendirikan serikat,
berlaku secara nasional ada perwakilannya di setiap propinsi di
Indonesia. Tujuan memperketat adalah agar memperkecil jumlah serikat
buruh sehingga buruh dapat bersatu bahkan bisa fusi dari berbagai
serikat buruh menjadi satu. Sehingga gerakan buruh menjadi kuat.
Meskipun saat ini beberapa konfederasi telah bergabung dalam Majelis
Pekerja Buruh Indonesia namun perjuangannya belum seluruhnya mampu
mengangkat buruh ke depan pintu kesejahteraan. Meskipun beberapa masalah
telah mampu disuarakan dan di setujui oleh pemerintah.
Selama
ini gerakan buruh cenderung reaktif sehingga menuai kecaman dari
masyarakat. Seperti menutup tol sebagai salah satu solusi menyelesaikan
kasus buruh. Dan ini berdampak sangat luar biasa. Sebenarnya ada cara
yang lebih elegan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu dengan
perundingan. Namun kadang perundingan jalan di tempat, karena posisi
buruh selalu lemah dihadapan pengusaha. Dalam hal ini, posisi pemerintah
sangat diperlukan sebagai penengah dan pengawas pelaksanaan kesepakatan
tersebut. Sehingga gesekan-gesekan buruh dan pengusaha dapat ditekan
jumlahnya.
Melihat permasalahan diatas kiranya diperlukan
strategi-strategi baru dalam gerakan buruh di Indonesia. Sehingga
gerakan buruh yang bertujuan mencapai gerbang kesejahteraan dapat
tercapai. Strategi pertama adalah pembentukan partai buruh. Meskipun
bertentangan dengan standar baku wadah serikat buruh dunia (ITUC) yang
menyatakan serikat buruh harus independen. Namun menurut penulis
pembentukan partai buruh merupakan hal sangat mendesak. Selain itu
pembentukan partai buruh merupakan representasi bagi perjuangan kaum
buruh. Hal tersebut memungkinkan karena pertama jumlah buruh sangat
besar mencapai 30,72 juta (BPS, Februari 2010). Jika mampu memanfaatkan
suara buruh ini baik dari buruh sendiri dan keluarganya maka wakil buruh
dapat duduk di parlemen. Dengan demikian suara buruh mampu mempengaruhi
konstalasi politik tanah air. Karena dengan dapat duduk diparlemen maka
suara buruh mampu mempengaruhi kebijakan, bukan hanya berkaitan dengan
kepentingan buruh semata namun kepentingan masyarakat secara luas.
Kedua,
buruh akan memiliki posisi tawar yang tinggi jika mampu membentuk
partai sendiri. Karena dengan adanya partai buruh maka suara buruh tidak
akan terpecah-pecah dan tidak menjadi lumbung suara partai-partai
lainnya. Belajar dari sejarah, pasca reformasi dimana pada saat itu ada
partai yang menggunakan platform buruh namun hanya memperoleh suara
tidak lebih dari 3 persen. Dari pengalaman tersebut dapat disimpulkan
bahwa banyaknya serikat buruh mengakibatkan suara buruh belum bersatu.
Buruh terkotak-kotak ke dalam berbagai ideologi dan kepentingan. Selain
itu rendahnya partai-partai yang memiliki platform buruh
mendapatkan suara yang rendah didapatkan bisa diasumsikan apakah tokoh
tersebut benar-benar mewakili kaum buruh. Seharusnya model partai buruh
di negara maju dapat diadopsi meskipun ada perbedaan yang signifikan
antara kondisi buruh di negara maju dengan di negara Indonesia.
Strategi
kedua adalah menguatkan peran buruh sebagai satu element pilar
demokrasi. Karena gerakan-gerakan buruh ini sebagai gerakan perubahan
sosial. Gerakan untuk melawan ketidakadilan dan tidak meratanya
kesejahteraan buruh. Namun demikian gerakan buruh ini seyogyanya
mengikuti perkembangan dunia. Sehingga gerakan buruh tersebut mampu
mengimbangi eskpansi kaum kapital. Jika tidak mampu mengimbangi, maka
buruh akan semakin tenggelam dalam kungkungan kapitalisme global.
Sumber : http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/politik-nasional/836-gerakan-buruh-dan-kesejahteraan.html
Gaji Kepala SKK Migas Lebih Besar Daripada Menteri ESDM
Jero pun mengaku selama ia menjabat jadi Kepala SKK Migas selama dua bulan ia pernah merasakan gaji yang besar. Namun hal itu tak membuat Jero terus ingin menjabat sebagai Kepala plt SKK Migas.
"Saya merasakan gaji SKK Migas waktu saya jadi kepala plt SKK Migas dua bulan," ungkap Jero.
Jero pun menegaskan sebagai pejabat negara, ia tak ingin mencari kekuasaan. Karena hal tersebut Jero tak mau berlama-lama menjabat sebagai Kepala pelaksana tugas SKK Migas.
"Kelamaan nggak baik, indikator saya nggak nyari kekuasaan," ujar Jero.
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/gaji-kepala-skk-migas-lebih-besar-daripada-menteri-115940059.html
Hatta Setuju Negara Tanggung Biaya Politik Partai
![]() |
"Kita masih perlu waktu. Saya kira ide itu bisa kita lakukan secara bertahap," kata Hatta saat ditemui usai Rapat Kerja Nasional PAN di Jakarta Convention Centre, Sabtu, 24 Agustus 2013.
Ia juga menyatakan, salah satu biaya yang bisa dikurangi dari beban parpol adalah penyiapan sarana prasarana pemilu. Salah satu yang dinilai bisa ditanggung Negara adalah rekrutmen dan pembiayaan saksi selama proses pemungutan suara."Negara dapat menyiapkan petugas-petugas khusus untuk jadi saksi pemilu," kata Hatta.
Para petugas ini nantinya akan mengumpulkan seluruh data dan laporan kepada negara dan diumumkan secara terbuka melalui sistem Teknologi Informatika. Pengurangan beban biaya saksi ini, menurut Hatta, cukup meringankan partai politik dan menyiapkan keikutsertaanya di pemilu."Kalau itu sudah bisa kita lakukan, itu sudah bagus."
Beberapa tokoh politik seperti Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzukie Ali dan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Hajriyanto Tohari sempat melontarkan wacana pembiayaan parpol melalui APBN. Kebijakan ini dinilai dapat memaksa parpol untuk transparan dan akuntabel sesuai ketentuan-ketentuan penggunaan keuangan negara, Undang-Undang tentang Keuangan negara.
Penggunaan uang negara juga memberikan konsekuensi lembaga seperti Badan Pemeriksa Keuangan dapat memeriksa sirkulasi keuangan Parpol. Hal ini dapat menekan adanya anggota parpol di parlemen atau lembaga pemerintahan untuk mencari dana melalui penyelewengan wewenang atau tindakan kejahatan korupsi.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/08/24/078507096/Hatta-Setuju-Negara-Tanggung-Biaya-Politik-Partai
Pilgub Jatim Perpanjangan Kepentingan Politik Nasional

Khofifah Indar Parawansa dan Irjen Pol (Pur) Herman S Sumawireja.
Aburizal Bakrie: Juli 2014, Puncak Dinamika Politik

"Ibarat klub sepakbola, para capres bagaikan bintang yang berusaha meraih dukungan," kata Aburizal Bakrie pada acara Halal Bihalal Partai Golkar di Jakarta, Senin (26/8). Ia yang dijagokan Partai Golkar sebagai capres optimis, pesta demokrasi yang diawali Pemilu Legislatif, pada April 2014 akan berlangsung tertib, adil, dan damai.
"Jangan persoalkan warna warni partai,apakah merah, putih, biru, kuning, dan hijau. Tapi yang ada Sang Saka Merah Putih yang harus berkibar di persada tercinta," ujarnya.
sumber : http://www.beritasatu.com/nasional/134118-aburizal-bakrie-juli-2014-puncak-dinamika-politik.html
Indonesia Belum Penuhi Kriteria Demokrasi
Medan, Aktual.co — Indonesia masih belum memenuhi
kriteria negara demokrasi walaupun akan memasuki usia kemerdekaan ke-68.
Demikian dikatakan peneliti
pusat penelitian politik (P2P), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Ikrar Nusa Bhakti kepada Antara di Jakarta, Senin (12/8) ketika ditanya
tentang makna peringatan HUT RI ke-68.
"Untuk menjadi negara demokrasi harus meningkatkan tiga aspek,
yakni mulai dari sektor pendidikan, ekonomi hingga budaya. Kita belum
sukses untuk menjadi negara demokrasi. Belum ada perubahan yang
signifikan dan mendasar dari tahun ke tahun kemerdekaan," ujarnya.
Indonesia harus meningkatkan kualitas pendidikan, ekonomi dan budaya, untuk mencapai negara demokrasi, tambahnya.
Menurut Ikrar, aspek ekonomi berhubungan dengan pembentukan negara
demokrasi. Jika rakyat memiliki ekonomi yang baik, mereka akan memiliki
sifat independen. Karena tidak terpengaruh politik uang atau kasus suap
dari partai tertentu saat pemilihan umum.
"Rakyat dari
negara demokrasi harus independen. Maka dari itu aspek ekonomi penting,
untuk melihat perekonomian Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari
pendapatan per kapita, tapi juga harus melihat dari jumlah orang miskin
di Indonesia. Untuk saat ini, uang masih berbicara di dunia politik,"
kata Ikrar.
Ikrar juga mengatakan aspek pendidikan
diperlukan agar masyarakat dapat mengambil keputusan dengan
pertimbangan. Arti dari negara demokrasi adalah negara dengan
pemerintahan dari rakyat oleh rakyat, yang berarti masyarakat
berpendidikan diperlukan untuk masa depan negara ini.
"Rata-rata lamanya anak Indonesia mendapat pendidikan itu 7,8 tahun,
yang artinya sampai kelas 2 SMP. Pendidikan Indonesia kurang ditunjang,"
kata ikrar.
Untuk aspek budaya, menurut Ikrar, kebiasaan
berdemokrasi di Indonesia masih rendah karena istilah democratic
bargaining atau keadaan dimana dalam berdemokrasi dapat menang atau
kalah belum dianut seluruh rakyat Indonesia.
"Masih ada
kelompok yang jika tidak menang mereka rusuh atau menghancurkan sesuatu.
Rakyat juga masih ada yang belum menerima orang dari etnik lain atau
agama lain untuk menjadi pemimpin. Intinya masih ada cap-cap untuk etnik
tertentu," katanya.
Padahal menurut Ikrar, semua orang Indonesia dari etnik dan agama apa pun memiliki kesempatan yang sama dalam politik.
"Demokrasi itu semuanya bisa diselesaikan dengan kata bukan
senjata. Diplomasi, negosiasi, voting, itukan dengan kata, artinya dapat
diselesaikan secara demokrasi," ujar Ikrar.
Sumber : Jakarta, Aktual.co — Indonesia masih belum memenuhi
kriteria negara demokrasi walaupun akan memasuki usia kemerdekaan ke-68.
Demikian dikatakan peneliti
pusat penelitian politik (P2P), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Ikrar Nusa Bhakti kepada Antara di Jakarta, Senin (12/8) ketika ditanya
tentang makna peringatan HUT RI ke-68.
"Untuk menjadi negara demokrasi harus meningkatkan tiga aspek,
yakni mulai dari sektor pendidikan, ekonomi hingga budaya. Kita belum
sukses untuk menjadi negara demokrasi. Belum ada perubahan yang
signifikan dan mendasar dari tahun ke tahun kemerdekaan," ujarnya.
Indonesia harus meningkatkan kualitas pendidikan, ekonomi dan budaya, untuk mencapai negara demokrasi, tambahnya.
Menurut Ikrar, aspek ekonomi berhubungan dengan pembentukan negara
demokrasi. Jika rakyat memiliki ekonomi yang baik, mereka akan memiliki
sifat independen. Karena tidak terpengaruh politik uang atau kasus suap
dari partai tertentu saat pemilihan umum.
"Rakyat dari
negara demokrasi harus independen. Maka dari itu aspek ekonomi penting,
untuk melihat perekonomian Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari
pendapatan per kapita, tapi juga harus melihat dari jumlah orang miskin
di Indonesia. Untuk saat ini, uang masih berbicara di dunia politik,"
kata Ikrar.
Ikrar juga mengatakan aspek pendidikan
diperlukan agar masyarakat dapat mengambil keputusan dengan
pertimbangan. Arti dari negara demokrasi adalah negara dengan
pemerintahan dari rakyat oleh rakyat, yang berarti masyarakat
berpendidikan diperlukan untuk masa depan negara ini.
"Rata-rata lamanya anak Indonesia mendapat pendidikan itu 7,8 tahun,
yang artinya sampai kelas 2 SMP. Pendidikan Indonesia kurang ditunjang,"
kata ikrar.
Untuk aspek budaya, menurut Ikrar, kebiasaan
berdemokrasi di Indonesia masih rendah karena istilah democratic
bargaining atau keadaan dimana dalam berdemokrasi dapat menang atau
kalah belum dianut seluruh rakyat Indonesia.
"Masih ada
kelompok yang jika tidak menang mereka rusuh atau menghancurkan sesuatu.
Rakyat juga masih ada yang belum menerima orang dari etnik lain atau
agama lain untuk menjadi pemimpin. Intinya masih ada cap-cap untuk etnik
tertentu," katanya.
Padahal menurut Ikrar, semua orang Indonesia dari etnik dan agama apa pun memiliki kesempatan yang sama dalam politik.
"Demokrasi itu semuanya bisa diselesaikan dengan kata bukan
senjata. Diplomasi, negosiasi, voting, itukan dengan kata, artinya dapat
diselesaikan secara demokrasi," ujar Ikrar.
Sumber : http://www.aktual.co/politik/222724indonesia-belum-penuhi-kriteria-demokrasi
Konvensi Partai Demokrat Bagian dari Rekayasa Politik
Medan, Aktual.co — Guru Besar Politik Universitas Indonesia Budiatna menilai Konvensi
Partai Demokrat yang telah memasuki tahap pengumuman komite-nya
merupakan bagian dari rekayasa politik pendulang elektabilitas partai
berlambang bintang mercy itu.
"Konvensi tersebut merupakan
rekayasa Partai Demokrat yang memiliki tujuan utama meningkatkan citra
dirinya. Setidaknya itu merupakan langkah ancang-ancang agar perolehan
suara Pemilu Legislatif 2014 tidak 'ambrol'," kata Budiatna saat
dihubungi dari Jakarta, Senin (12/8).
Menurut dia Partai Demokrat
membutuhkan langkah jitu untuk menaikkan elektabilitasnya termasuk
melalui pengumuman anggota Komite Konvensi Partai Demokrat pada Minggu
(11/8).
"Banyak figur yang kemungkinan akan digaet dengan
syarat mereka populer karena bersih dari korupsi atau skandal-skandal
lainnya. Dengan begitu, maka citra partai dan elektabilitas akan
terangkat," kata dia.
Dia melanjutkan, mengenai hasil siapa
yang nanti akan jadi capres PD itu merupakan rahasia dan hasilnya dapat
direkayasa oleh mereka sendiri terutama nama capres yang disodorkan
komite akan dipertimbangkan lagi oleh Majelis Tinggi PD.
Komite konvensi partai berkuasa itu terdiri dari 17 anggota diketuai
oleh Muhammad Maftuh Basyuni, mantan Menteri Agama era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono periode pertama.
Sebanyak 16 anggota lainnya terdiri dari kombinasi figur internal dan eksternal PD.
Mereka dipersiapkan sebagai panitia konvensi untuk menyeleksi figur-figur yang tepat dalam mengangkat elektabilitas PD.
Budiatna mengatakan konvensi itu bisa memberikan peluang bagi figur ambisius tanpa partai.
"Konvensi itu bisa menjadi tempat bagi banyak figur yang berambisi
mencalonkan diri sebagai calon presiden tapi tidak memiliki kendaraan
atau gerbong politik," kata dia.
Beberapa nama itu seperti Dahlan Iskan, Mahfud MD dan Jusuf Kalla.
Sebelumnya, pengamat politik Tjipta Lesmana menyoroti keinginan Mahfud MD yang ingin "nyapres".
"Mahfud MD itu seorang yang polos tapi ingin ikut konvensi. Dia
sempat disarankan oleh beberapa pihak untuk tidak mengikuti konvensi
itu," kata dia.
sumber : http://www.aktual.co/politik/222116konvensi-partai-demokrat-bagian-dari-rekayasa-politik
Pemimpin Indonesia Harus Tingkatkan Rasa Nasionalisme

Demikian dikatakan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/8) sehubungan dengan peringatan HUT RI ke-68.
"Indonesia terbuai dengan pandangan bahwa kita akan menjadi negara dengan ekonomi peringkat 10 besar dunia, tetapi siapa yang akan menjadi tuan rumah di Indonesia?," ujarnya.
Ikrar mengatakan dengan rasa nasionalisme yang dimiliki oleh para pemimpin, maka upaya pengusaha yang melakukan ekspansi bisnis ke luar negeri akan didukung oleh pemerintah. Dukungan juga dapat berasal dari bank-bank nasional yang memberi dana pinjaman bagi para pengusaha.
"Walaupun orang-orang mengatakan bahwa yang melakukan ekspansi bisnis adalah para pengusaha keturunan Tionghoa, mereka tetap orang Indonesia. Kita harus mendukung mereka sebagai orang Indonesia bukan sebagai orang keturunan karena mereka juga ikut memajukan negara kita," tambah Ikrar.
Kesenjangan golongan Ikrar mengatakan di negara dengan beragam budaya dan ras seperti Indonesia tidak boleh ada golongan tertentu yang merasa lebih dominan dibandingkan dengan golongan lain. Hal ini terasa di dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia dimana ada streotipe pemimpin harus bersuku Jawa dan beragama Islam.
Faktor agama masih menjadi isu penting bagi pemilih saat memilih pemimpin. Hasil survei LIPI menyebutkan faktor etnik bukan lagi menjadi pertimbangan utama pemilih tetapi faktor agama masih berpengaruh.
Di Amerika Serikat, menurut Ikrar, misalnya perlu waktu lama untuk adanya perubahan seperti hak perempuan untuk menjadi pemilih dan bagi warga keturunan Jepang di Amerika untuk tidak dicurigai sebagai mata-mata. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan di Indonesia yang masih terdapat dominasi kelompok tertentu.
Akhir-akhir ini banyak muncul pembangunan pemukiman bercorak agama, seperti perumahan khusus Muslim dan Kristiani. Hal tersebut menurut Ikrar dapat memicu terjadinya perpecahan antargolongan seperti yang sudah terjadi di Maluku.
Sumber : http://www.aktual.co/politik/223203pemimpin-indonesia-harus-tingkatkan-rasa-nasionalisme
SBY: Perkembangan Politik di Indonesia Tak Sehat
Menurut SBY, saat ini ada pihak tertentu yang menyebarkan intrik dan berita bohong dengan tujuan ingin memecah belah dan menghancurkan Partai Demokrat.
"Dengan segala kerendahan hati perilaku politik seperti ini sungguh tidak mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi tujuan pembangunan dan demokrasi yang bermartabat di negeri kita," ujarnya.
SBY menilai saat ini pemberitaan media massa, bahkan media massa yang memiliki kredibilitas dan reputasi yang baik, terus mendiskreditkan Partai Demokrat dengan berita hanya bersumber dari pesan pendek (SMS) maupun pesan BlackBerry (BBM).
"Yang saya tidak pernah paham dengan akal dan logika saya justru berita yang hanya bersumber dari SMS dan BBM dijadikan judul besar, tema utama, dengan 'headline' yang menyolok," katanya.
Termasuk dalam upaya memecah-belah Partai Demokrat, lanjut dia, adalah beredarnya pesan pendek yang menyatakan Partai Demokrat akan menggelar kongres luar biasa untuk mengganti Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
"Saya pastikan Partai Demokrat tidak merencanakan kongres luar biasa seperti itu. Diadu domba pula seolah ada unsur pimpinan Partai Demokrat yang mengusulkan kepada saya untuk menggelar kongres luar biasa dan kemudian menurunkan ketua umum saudara Anas Urbaningrum. Usulan dan permintaan seperti itu juga tidak ada," tutur SBY yang mengenakan kemeja tenun ikat berwarna biru.
Yang ada, lanjutnya, adalah rencana rapat koordinasi nasional Partai Demokrat yang memang sudah diagendakan pada akhir Juli untuk melakukan konsolidasi. SBY mengatakan, ia perlu menyampaikan penjelasan dan keterangan atas perkembangan yang terjadi karena dinilainya sudah menyimpang dari akal sehat. Untuk itu, ia meminta para kader Partai Demokrat untuk menahan diri dan tidak menambah persoalan serta jangan mau dijadikan obyek adu domba dalam berbagai talk show.
Dalam konferensi pers tersebut SBY didampingi sejumlah pimpinan teras Partai Demokrat yaitu Ketua Umum Anas Urbaningrum, Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro, Ketua Fraksi Demokrat di DPR Jafar Hafsah, wakil ketua MPR Melani Leimena Suharli, serta seluruh kader Partai Demokrat yang menjabat menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. (Ant)
Sumber :HarianAnalisa Tags :Berita Nasional